Showing posts with label mahasiswa. Show all posts
Showing posts with label mahasiswa. Show all posts
INDAHNYA KEBERSAMAAN DALAM ISLAM

INDAHNYA KEBERSAMAAN DALAM ISLAM

republika.co.id
Bersama artinya tidak sendiri, lebih dari satu orang bisa dua, tiga atau mungkin banyak, itu berarti kita hidup bersama dengan orang lain yang penuh dengan keberagaman sikap, perilaku, gaya bicara, gaya hidup dan lain sebagainya. Maka untuk menciptakan keharmonisan kita harus mengedepankan kebersamaan dalam setiap keinginan. 

Bersama kata yang sangat indah untuk diucapkan apalagi jika dirasakan, karena dengan kebersamaan akan terbentuk persatuan dan lahirlah sebuah kekuatan dalam situasi apapun kebersamaan akan selalu dirindukan karena dengan kebersamaan akan tercipta suasana yang harmonis, serta selaras. Kebersamaan juga menumbuhkan rasa persaudaraan, dan sudah sepantasnyalah antara sesama muslim itu bersaudara, seperti firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 yang artinya,”orang orang beriman itu sesungguhnya bersaudara sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudara itu.” Dalam QS. Ali Imran ayat 103 Allah juga berfirman yang artinya “Dan berpeganglah kamu sekalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…, 

Dari kedua ayat tadi diatas kita dapat memahami bahwa umat islam harus bersatu dan tetap menjaga persaudaraan dimanapun kita berada, dan larangan untuk bergolong golongan yang menyebabkan lemahnya umat islam dihadapan umat lain. dan apabila rasa persaudaraan itu sudah tertanam dalam hati setiap muslim maka otomatis akan timbul rasa kasih sayang dan saling membantu satu sama lainnya tatkala mendapat kesulitan, seperti yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yaitu kaum muhajirin dan anshor, mereka dengan tulus berlomba lomba membantu kaum muhajirin yang datang dari mekkah dan memperlakukan mereka seperti saudara kandung sendiri tanpa pamrih kecuali mengharap ridlo dari Allah SWT.

Rasulullah SAW juga mengibaratkan kehidupan muslim itu ibarat sebuah tubuh. Apabila sakit salah satu bagian maka bagian yang lain juga akan merasakan sakit. Bayangkan ketika jempol kaki kita tersandung batu kemudian berdarah, secara reflek mulut kita akan mengaduh, kepala mungkin akan pening, tangan mencari obat dan otakpun akan berfikir bagaimana supaya darah segera berhenti mengucur. Betapa indahnya kebersamaan dalam islam seperti kebersamaan dalam tubuh kita yang tanpa komando sekalipun sudah tahu harus melakukan apa. Bukan malah saling berselisih, membid’ahkan dan menyesatkan satu sama lain bahkan mencibir saudara saudara kita yang tak sepaham dengan kita, mengklaim golongan kita yang paling benar, padahal jaminan Allah SWT terhadap hamba-Nya ahli syurga adalah kepada orang mukmin tanpa klasifikasi, selama mukmin tersebut menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, maka Allah SWT menjanjikan syurga bagi mukmin tersebut.

Islam itu indah, Seindah pribadi pribadi muslim yang senantiasa menjaga ukhuwah islamiyah, yang bisa hidup berdampingan dalam perbedaan, menghormati dan menghargai orang lain. Maka dari itu, marilah kita kedepankan kebersamaan di dalam islam jangan mudah terpecah belah hanya karena urusan furu’iyah, hargai dan hormati keyakinan dan pendapat orang lain. Perbedaan pendapat adalah rahmat Allah SWT untuk umat islam. Dan kebenaran itu hanya milik Allah SWT.

Karya : Siti Muawanah UNDARIS


Peduli Bencana Jogja, STAPALA Syubbanul Wathon Adakan Penggalangan Dana

Peduli Bencana Jogja, STAPALA Syubbanul Wathon Adakan Penggalangan Dana

Mahasiswa sedang melakukan penggalangan donasi di perempatan dekat kampus STAIA Syubbanul Wathon

      Kartika News - Bencana banjir yang melanda daerah Gunungkidul membuat duka tersendiri bagi masyarakat di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Gunungkidul adalah wilayah yang cukup sulit untuk mendapatkan air.

    Tingginya curah hujan serta Siklus Cempaka menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Gunungkidul. Tempat berkumpulnya air seperti sungai dan waduk yang tidak lagi menampung air hingga akhirnya air tersebut meluap dan mengalir ke pemukiman warga. Banyaknya sampah dan batu di sungai juga menjadi salah satu penyebab bencana ini.

STAPALA Syubbanul Wathon

     Mendengar kabar tersebut, Mahasiswa Pecinta Alam STAIA Syubbanul Wathon atau STAPALA tidak tinggal diam. Mereka mengadakan kegiatan penggalangan dana di sebuah perempatan yang berada di depan kampus STAIA Syubbanul Wathon. Tempat tersebut dipilih karena terdapat lampu lalu lintas sehingga memudahkan mahasiswa untuk menggalang dana kepada setiap warga yang berkendara. Kegiatan ini juga telah mendapatkan izin dari Polsek Kecamatan Tempuran.

      Selain di perempatan Meteseh, beberapa Mahasiswa juga bertolak ke Borobudur untuk menggalang dana. Ada juga Mahasiswa yang berkeliling ke warung dan pabrik di wilayah Kecamatan Tempuran untuk meminta donasi. Warga sekitar juga mengapresiasi dengan memotret Mahasiswa ketika menggalang dana serta memberi donasi tentunya.

    Aksi penggalangan dana ini dilakukan selama 2 hari mulai dari tanggal 2 - 3 Desember 2017. Ketika uang yang terkumpul telah mencapai target akan dibelanjakan Sembako yang nantinya dikirimkan ke lokasi bencana.
     
Pena Mahasiswa Penentu Masa Depan Bangsa

Pena Mahasiswa Penentu Masa Depan Bangsa

Hasil gambar untuk ayo menulis
Menulis, merupakan kata yang hampir setiap hari menjadi sajian dalam kehidupan ini. Saya yang tinggal di lereng gunung sumbing sangat bersyukur bisa hidup di tengah masyarakat madani didukung dengan keaadaan alam yang bersahabat kepada manusia, udara segar menjadi pendukung inspirasiku pada saat menorehkan tinta emas dilembaran kosong yang nantinya akan menjadi senjata di masa depan.

Berawal dari ketertarikan membaca apapun itu yang ada di depan mata mulai dari membaca plang lalu lintas, papan nama toko di pinggir jalan, papan sekolah di depan gedung sampai kebiasaan membaca semua tulisan yang ada disetiap lembaran uang rupiah yang saya pegang kadang memunculkan pandangan orang kepadaku sebagai orang yang aneh, bahkan tak jarang banyak orang melontarkan kata “1kurang gawean” kepada saya karena kebiasaan itu.

Dari kebiasaan membaca itu kemudian secara spontan saat ada waktu luang tangan kananku bergerak menuntun pena ajaibku untuk menorehkan tinta emas di lembaran baru setiap buku yang aku miliki. Mulai dari menulis deskripsi keadaan apa yang saat itu sedang terjadi, menulis kata mutiara, menulis ide-ide kecil untuk merubah kehidupan saya menjadi lebih baik sampai yang membuatku takjub ketika tangan kananku dapat menggerakkan pena ajaibku hingga mengenalkan ide gilaku sampai penjuru nusantara.

Disaat aku duduk di bangku menengah pertama (MTs), setiap ada waktu saya sering menuliskan moto atau kata mutiara yang selalu membuatku bangkit dari keterpurukan. Namun walaupun aku terbiasa menulis pada saat itu, aku masih sangat kesulitan merangkai kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf cantik layaknya cerpen indah atau artikel berkualitas. Dari kesulitan tersebut pada saat aku duduk di bangku menengah atas (SMK), aku bersikeras untuk ikut dalam ekstrakurikuler jurnalistik yang kemudian mengantarkan aku sampai bisa menulis artikel pertamaku yang menurutku itu adalah prestasi besar dalam sejarah panjang hidupku. Tak lama setelah aku membuat artikel perdana itu, aku mencoba melintasi batas kemampuan yang menurut orang lain tidak wajar yaitu dengan mencoba langkah gila dengan mengikuti lomba Essay Sosial Budaya tingkat nasional yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Banyak orang disekitarku tidak percaya dan tak jarang pula aku mendapat kritikan pedas dari mereka berbunyi “2halah, rasah bombongan, rane menang”. Tapi, bagiku kemenangan dalam lomba itu tidak selamanya ketika kita mendapat title juara 1, tetapi ketika kita berani menembus batas-batas kewajaran yang sebelumnya kita sendiri mengatakan tidak mampu uuntuk melakukannya. Dan yang paling penting bagiku adalah bagaimana setelah lomba tersebut aku harus berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tidak berhenti disitu, disisa penantianku menunggu pengumuman Ujian Nasional SMK aku iseng-iseng mengikuti lomba karya tulis pelajar yang diadakan oleh PC IPNU Kabupaten Magelang bekerjasama dengan STAIA Syubbanul Wathon Magelang. Dari situ saya melihat peluang yang begitu besar untuk turut serta menyumbangkan ide saya dengan tema pendidikan untuk bangsa ini. Tak menyangka, ketika sound dibelakang kursi peserta menyuarakan pengumuman hasil perlombaan, ternyata ada namaku disebut sehingga hatiku bergetar mendengarnya. Ternyata tak menduga aku menjadi salah satu yang mendapat piala diperlombaan ini. Sungguh tak bisa aku berkata kecuali Alhamdulillah dan berdoa semoga amanah ini bisa aku laksanakan dengan baik.

Setelah saya lulus dari bangku menengah atas (SMK), kemudian saya melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi yang menjadi ruangnya para kader bangsa untuk berkarya yaitu STAIA Syubbanul Wathon Magelang. Di bangku perkuliahan ini Alhamdulillah minat membaca dan menulis saya bertambah apalagi didukung dengan banyaknya tugas perkuliahan yang harus saya selesaikan sehingga saya mau tidak mau terus berhadapan dengan Sang Jendela Dunia. Banyaknya tugas tersebut malah mendorong saya untuk bisa terus berargumentasi lewat dunia literasi dikarenakan lebih banyak buku yang saya baca dari pada saat-saat sebelumnya. Dimomen masa perkuliahan ini saya mencoba dengan terobosan baru yang lagi-lagi menurut banyak orang tidak mungkin dilakukan oleh sekelas pemuda asal lereng sumbing (saya). Saya mencoba menyalurkan minat menulis saya dengan cara terus menulis dan bahkan beberapa tulisan saya Alhamdulillah sudah bisa dimuat di beberapa media lokal Jawa Tengah bahkan media tingkat nasional sekalipun. Bahkan yang paling membuatku sungguh bahagia dan serasa ingin menangkis semua pendapat orang yang tidak pernah percaya keajaiban Ilahi yang belum tentu manusia tahu kapan datangnya, yaitu ketika aku mendapat kesempatan duduk bersama rekan-rekan pelatih dari Tim Redaksi Harian Kompas di Jakarta awal tahun ini untuk berdiskusi bagaimana meningkatkan budaya literasi di kalangan pemuda khususnya pelajar. Betul-betul hari itu aku sadar bahwa manusia itu harus punya harapan besar dalam hidup ini. Sesulit apapun rintangannya dan apapun kata orang di sekitar kita, selama apa yang kita lakukan benar maka jangan pernah menghentikan kaki ciptaan Tuhan ini untuk tetap melangkah.

Sekali lagi, menulis sebagai bagian dari upaya mengubah kondisi suatu bangsa menjadi lebih baik bagiku berarti juga merupakan proses syiar islam yang kemudian disesuaikan dengan kondisi suatu bangsa. Dimana kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia khususnya yang mempunyai gelar mahasiswa mempunyai kewajiban untuk terus membumikan ideologi islam yang rahmatallil alamin melalui dunia literasi dengan proses pembudayaan membaca dan menulis. (nandcbp)