|
behejsrdcem.com |
“Dunia
Diciptakan Bukan Untuk Orang Yang Lemah”
Aku tak pernah tahu apa arti
mengerti dan memahami,rasa egois dan menang sendiri selalu ada didalam diriku,hingga
aku tidak tahu ternyata jalan yang salah yang kupilih.
Aku lebih memilih hidup dengan segala kemauanku
sendiri,sekolah,teman,belajar,semua sudah tidak kupedulikan. Sejak keluargaku
hancur,aku tidak tahu arah mana yang akan kutuju,ayah meninggalkan aku,ibu dan
adikku. Rasa dendam ini memuncak ketika ayah menceraikan ibu dan memilih dengan
wanita lain,hal sepahit itu aku rasakan ketika aku berumur 10 tahun,
Dan
hidupku berubah ketika aku menemukan seseorang yang bisa merubah hidupku,seseorang
yang memberikan suatu kepercayaan yang besar kepadaku.
***
Namaku
Bintang Pratama,umurku 17 tahun,sungguh masa remaja yang kelam,tak seperti
cita-citaku ketika aku masih kecil,aku masih sekolah disebuah SMA Swasta di
Magelang.
Aku berjalan menyusuri
koridor sekolah,penampilanku tak pernah rapi semua semauku,mungkin semua anak
disekolah ini sudah tak peduli denganku bahkan muak melihat tingkahku yang
setiap hari hanya bolos,mangkir,usil dan sebagainya.
Aku sengaja berangkat pagi hari ini,tidak seperti
biasa yang selalu telat,aku punya misi tersendiri yang harus kuselesaikan.
Lorong sekolah masih sepi,aku hanya melihat beberapa murid yang sudah masuk
kelas,aku terus berjalan sambil mengawasi kondisi sekitar,terlihat dipojok
koridor,seorang anak perempuan dengan kacamata minus dan buku
ditangannya,tatapan matanya tetap terlihat tajam walaupun terhalang kacamata,dia
selalu berdiri disana,dia bernama Vela anak itu selalu menatapku tapi bukan
tatapan seperti halnya anak-anak jaman sekarang yang selalu terobsesi dengan
cinta,menjijikan. Tatapan nanar yang dipancarkannya seperti bermakna banyak.
Aku
segera berlari menuju belakang sekolah,gelap.Belakang sekolah langsung
berhadapan dengan perkebunan warga yang rumpek,cara mudah juga untuk membolos
bersembunyi dibalik dedaunan pohon pun tidak akan ketahuan.
“Hi Tang?” Suara berat itu menyapaku. Aku menyapanya
hangat.
“Mana barangnya?”. Edo menyodorkan barang tersebut.
“Eitsss….. duit duluu”.
“Santai aja kali boy,ntar malem kita pesta bersama,gue
yang traktir”. Edo menepuk bahuku,aku tahu dia mabuk pagi ini,bau alkoholnya menyeruak
hidungku.
“Tang,loe mau bolos nggak,kalo iya gue tunggu di base
biasa”.
“Oke boy”. Aku segera menyembunyikan barang itu
didalam tas yang sudah aku buat kantung didalamnya,aku segera berjalan
meninggalkan tempat rumpek ini. Sekilas aku melihat diarah pintu toilet,mata
tajam itu menatapku,aku segera berlari menghampirinya.
“Hey tunggu “. Aku berlari mengejarnya.
“Loe tadi nguping yaa”. Aku berhasil menyeret
tangannya.
“Lepasin aku,aku nggak nguping”. Vela terus
memberontak.
“Loe nggak usah bohong,loe tadi nguping gue sama Edo
kan?”.
“Iya,aku tahu apa yang kamu sembunyikan didalam tas
kamu, aku akan tutup mulut jika kamu
mengabulkan permintaanku”.
“Hahaha,tau apa loe tentang gue haa?”.
“Aku tahu semua,barang yang ada didalam tasmu, itu
ganja kan?”.
Sontak aku kaget,”Kok loe bisa
tahu?”.
“Aku akan tutup mulut kalau kamu mau mengabulkan
permintaanku”.
“Oke,oke..mau loe apa?”.
“Kamu harus jadi temenku”.
“Cuma gitu aja?nggak minta ganja juga?”.
“ihh..najis,tapi ada satu syarat,kamu harus ikut apa
kataku”.
“Kok jadi gitu, ini nggak fare namanya”.
“Ya udah kalau nggak mau,liat aja sore ini kamu bakal
di indoor sama polisi”.
“Ehh, oke..oke… gue bakalan ikut semua apa kata loe”.
“Sore ini kita ketemu disamping sekolah,dan satu lagi
buang tu barang haram”.
Vela
berjalan pergi meninggalkanku,entah apa maksud dari semua ini,dia memintaku
menjadi temannya,sikapnya begitu dingin dan sulit ditebak tapi kenapa dia
meminta aku menjadi temannya,aku terus bertanya-tanya sepanjang koridor
sekolah.
Aku berjalan menuju kelas,hari ini nggak ada jadwal
bolos,nggak ada pelajaran matematika yang memalaskan,aku menyapu mata kesemua
koridor sekolah gadis dingin itu masih menatapku tajam.
***
Sore
sudah menampakkan matahari agungnya,semburat jingganya Nampak menawan,
Siluet dari gedung-gedung menambah kesan dramatis sore
ini,aku berjalan terpatah-patah menuju bangku taman samping sekolah. Sebenarnya
apa yang akan dilakukan si Iced Gril ini,Aku
menyapu seluruh taman gadis itu belum terlihat batang hidungnya.
Aku mengambil sepuntung rokok dari saku bajuku,aku
mulai menghidupkan korek, “huuuhhhhh”.
Api pun padam “Kalau kamu jadi temenku,jangan pernah
ngrokok dihadapanku”. Gadis itu meniup korek yang aku hidupkan. “Nih aku
kasih”. Gadis itu menyodorkan permen dengan pita manis dibatang permen itu.
“Permen?”.
“Yaa, rasanya nggak kalah manis dengan asap yang
selalu kamu hirup”.
Aku mengambil
permen itu dari tangan mungilnya.
“Apa maksud loe nyuruh gue jadi temen loe?”.
“Karena aku nggak punya teman dan nggak ada yang mau jadi
temanku”.
“Kenapa?”.
“Karena aku berbeda,dan kamu juga berbeda dari anak
yang lainnya”.
“Apa yang ngebedain gue sama yang lain?”.
“Karena kamu seorang pecundang yang tidak mau dibilang
pengecut”.
Aku langsung memicingkan mataku kearah gadis sok tahu ini,memang
apa maksudnya, 5 detik yang lengang aku mencoba menahan emosi ketika dia
mengatakan seperti itu.
“Aku tau kamu emosi aku bicara seperti itu,kita itu
sama Bintang,aku juga dari keluarga yang Broken
home tapi caraku menyelesaikan masalah ini nggak seperti caramu”.
“Jadi,loe Cuma mau menghina gue disini”.
Vela hanya tersenyum tipis kearahku “Kamu tau, kenapa
air dan tebing tidak akan berpisah walau air selalu mengikis tanah tebing itu?”.
Aku
hanya menatapnya nanar dan penasaran apa maksud perkataannya,”Kenapa”.
“Karena,sahabat sejati tidak akan meninggalkan walau
sering menyakiti,dan juga kita harus tetap kuat walau masalah sering mengikis
hidup ini,kita punya masalah masing-masing yang mungkin memberatkan dihidup
kita,aku tau kamu anak yang baik,maka hadapi semua masalah dengan hal yang
positif”.
Aku hanya tertegun dan berfikir sambil menghela nafas
panjang…
“Mungkin hari ini sulit,atau mungkin esok akan lebih
sulit lagi bahkan hancur,tapi tidak ada usaha yang sia-sia dan jangan tunjukkan
bahwa kamu lemah,karena dunia diciptakan bukan untuk orang yang lemah”.
Aku hanya bisa menahan sesak didada,kata-kata itu
sangat mengenai hatiku,tak terasa airmataku mengalir dipipi. Apa yang aku
perbuatt selama ini,setelah ayah meninggalkan keluargaku aku hanya menyusahkan
ibu,yang membanting tulang setiap hari untuk sekolahku dan adikku, “Dunia
Diciptakan Bukan Untuk Orang yang Lemah” kata-kata itu masih terngiang
dipikiranku,apa yang aku lakukan selama ini aku hanya mabuk,bersenang-senang
tanpa memikirkan perjuangan orangtuaku.
“Hari sudah semakin sore,aku pulang dulu ya
Tang,terimakasih sudah mau menjadi temanku,semoga Tuhan masih mengizinkan aku
untuk selalu menjadi temanmu”. Vela menepuk pundakku dan beranjak pergi.
“Velaaaaaa!!”. Aku berlari mengejarnya,”Terimakasih atas semuanya”. Vela hanya
tersenyum kearahku,mata tajamnya memicing indah.
Matahari
sudah tak mau memunculkan sinarnya lagi,sore ini akan menjadi saksi dan bukti
bahwa aku akan merubah segalanya dalam hidupku.
***
Pagi,dan
kini pagi adalah waktu yang indah dalam hidupku,dimana aku harus merencanakan
janji-janji baru dan sebuah harapan yang
baru.
Aku segera bergegas menuju sekolah,tak lupa aku
mencium kedua tangan Ibu,hal yang selalu aku tinggalkan,Ibu tampak tersenyum
senang,mungkin Ibu berpikir anaknya yang berandalan kini menjadi sopan. Aku
akan meninggalkan dunia kelamku mulai pagi ini,hidup cerahku kembali. Walau
akau harus meninggalkan komunitas street
art dan punk,tapi aku tidak akan
melupakan mereka yang memberikan arti kehidupan yang sebenarnya.
Koridor
sekolah sudah ramai pagi ini,anak-anak disekolah seperti memandangku tak biasa,pakaianku
yang rapi serta rambutku yang tidak arukan lagi,sepanjang pelajaran aku
menyimak semuanya,walau kadang serasa bosan tapi aku ingat kata-kata itu lagi
“Dunia Diciptakan Bukan Untuk Orang yang Lemah” nama Vela terngiang begitu
saja,pagi ini aku tidak melihat gadis mungil itu,dipojok koridor,aku mulai
resah memikirkannya.
Jam
istirahat pun berbunyi,aku segera bergegas menghampiri kelas Vela yang ada
dilantai bawah kelas XI IPA 1,aku menyapu seluruh isi kelas, tidak ada gadis
berkacamata itu.
“Loe tau Vela nggak?”. Aku bertanya kepada Eka teman
sekelas Vela.
“Emang kamu nggak tau”.
Aku menggeleng cemas…
“Vela ada dirumah sakit,dia punya kanker otak
dikepalanya,sudah lama sejak dia kelas 1 SMP”.
Tanpa
panjang lebar lagi,aku segera bangkit menuju rumah sakit,malaikat itu kini
terkapar lemah tak berdaya,30 menit yang melelahkan melawan rasa cemas dan lalu
lalang kendaraan. Reseptionis rumah sakit itu mengantarku sampai keruangan
Vela. Selang infus dan belalai-belalai medis itu terpasang ditubuhnya,gadis
mungil itu ternyata sangat kuat menahan semua cobaan.
Air mataku mengalir,wanita separuh baya mendekatiku
dan mengelus pundakku,”Kamu Bintangkan?”.
“Iya tante”.
“Saya Mamanya Vela,Vela sudah cerita banyak tentang
kamu,ayo ikut tante masuk”.
Aku
berjalan terpatah-patah menuju tempat gadis mungil itu terkapar,wajahnya pucat
pasi tak seindah matahari terbenam sore itu. Vela terbangun dari tidurnya.
“Bin…Tang?”. Aku meraih tangannya yang dingin.
“Iya,ini aku Vel”.
“Kamu bolos sekolah yaa?katanya mau berubah?”.
Suaranya terdengar serak dan berat.
Aku
hanya menatapnya nanar,dan membalas senyum tipisnya.
“Terimakasih…kamu sudah mau menjadi temanku,aku tau
memang berat masalah dihidup ini tapi kamu harus tetap kuat Vel”.
Vela hanya membalas senyum tipis.”Semua yang bernyawa
didunia ini pasti akan diambil oleh pemilik-Nya,begitu pula aku,aku senang
hidupku bisa bermanfaat bagi orang lain,jadi apapun yang terjadi kamu harus
selalu tegar,dan kamu harus berusaha menjadi bintang dilangit,ingat DUNIA
DICIPTAKAN BUKAN UNTUK ORANG YANG LEMAH”.
“Iya Vel aku akan sealalu ingat semua itu,tapi aku
mohon kamu jangan pergi”.
Vela
tersenyum manis kearahku,gadis mungil itu perlahan menutup mata
sipitnya,hembusan nafasnya terdengar tenang tergurat senyum indah dipipinya.
Kini malaikat itu telah pergi dengan tenang,seketika air mata terpecah detak
jantung terasa berhenti,kini aku tau makna mengerti dan memahami,lewat malaikat
kecil ini aku tau makna kehidupan.
***
5 Tahun Kemudian…….
Predikat
mahasiswa terbaik diberikan kepada Ananda BINTANG PRATAMA,seluruh tamu hadirin
bertepuk tangan,aku segera berlari menuju podium,aku melihat kearah Ibu yang
tersenyum senang kearahku. “Terimaksih semuanya,terimakasih kepada Tuhan yang
sudah memberikan keadilannya,terimakasih kepada Ibu yang selalu ada
disampingku,tak lupa kepada Vela teman terbaikku,semoga kamu tenang dialam
sana,dan terimakasih kepada semuanya. Aku senang kini dunia kelamku sudah
berubah,banyak yang aku dapatkan dalam kehidupan ini tentang arti mengerti dan
memahami,aku selalu teringat dengan sebuah kata-kata bahwa DUNIA DICIPTAKAN
BUKAN UNTUK ORANG YANG LEMAH,itu adalah kata-kata yang selalu membuatku
semangat, dan Terimakasih semuanya”. Suara gemuruh tepuk tangan terdengar
kembali,air mata bahagia ini tidak bisa dibendung lagi aku memeluk Ibu
erat,seakan rasa bahagia ini tidak akan pudar.
Setelah
berfoto wisuda bersama,aku segera berlari menuju sebuah tempat,dimana aku
mendapatkan seorang teman terbaik,malaikat yang membawaku kepada sebuah
perubahan kehidupan
“Kini aku tahu sebuah arti mengerti dan
memahami dalam kehidupan,walau sulit diucapkan dengan kata-kata,karena kaulah
titik dimana aku mengerti perubahan tersebut.
Kini
aku akan menjadi Bintang dilangit,bukan lagi Bintang kecil yang kelam
dibumi,terimakasih sahabat kau telah membimbingku menuju masa depan yang lebih
terang”
Bintang
Pratama
Karya : Nanda-kun