Showing posts with label cerpen. Show all posts
Showing posts with label cerpen. Show all posts
Sepetik Bunga di Tengah Padang Pasir

Sepetik Bunga di Tengah Padang Pasir

atacamaphoto.com

   Diwaktu pagi, aku sedang duduk di terasrumah. Tiba-tiba seorang teman datang kepadaku dengan wajah yang suram. Lalu dia duduk di sampingku, namun tidak langsung berkata-kata sambil menahan air mata.
   Aku bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan sahabatku ini, lalu kuberanikan diri untuk bertanya “Ada apa wahai sobat?” lalu dengan suara pelan dia berkata kepadaku “Mengapa hidupku tidak pernah bahagia,” ucapnya dengan nada berputus asa. “Tidak bahagia maksudmu?” ucapku dengan penasaran. “Selama ini aku merasa seperti seorang pecundang yang selalu gagal walaupun sudah berusaha sekuat tenaga, tapi mengapa yang aku temui hanya kegagalan? Aku harus bagaimana? Apakah sudah pergi?” tangisnya dengan air mata yang meleleh di pipinya.
   Mendengar kedukaan hati sahabatku yang sebenarnya aku sendiri pernah mengalaminya rasanya ingin ikut bersedih bersamanya, namun ini bukanlah solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Aku terdiam sejenak untuk menenangkan hatinya. Ketika hatinya sudah menjadi lebih baik, aku lalu berucap kepadanya “Wahai sobat, aku tahu kamu bersedih namun Tuhan tidak pergi. Kasihsayangnya meliputi alam semesta”. Mendengar ucapanku diapun langsung mengusap air matanya sambil berkata “maafkanlah perkataanku tadi tidak sepatutnya aku ucapkan”.
   Mendengar jawaban tersebut, hatiku merasa lega. Bergegas aku masuk ke dalam untuk membuatkan coklat panas sembari menunggu suasana hatinya membaik. Setelah minuman siap dihidangkan, kami berduapun meminumnya bersama. Diapun sudah tidak bersedih lagi. Akupun memulai dialog lagi dengannya “Begini sobat, aku tahu permasalahan yang kau hadapi ini, tapi pernahkah terpikirkan olehmu orang-orang yang tidak sempurna fisik mereka” tanyaku. “ia, pernah terpikir olehku mereka tetap semangat menjalani hidup” jawabnya. “Tidakkah pernah terpikirkan olehmu nikmat yang ada padamu ini yang tidak dirasakan oleh mereka? Permasalahan dari dilemamu ini adalah kesedihan yang kamu alami dan obat untuk permasalahanmu ini adalah kebahagiaan yang kuncinya berupa kesyukuran. Mengapa kamu hanya berkonsentrasi pada kesedihanmu saja? Tidakkah betapa banyak nikmat dari Tuhan yang harus kamu syukuri! Dengan hati yang bahagialah maka kemudahan akan datang kepadamu dari keinginan kamu mudah untuk terwujud. Awan hitam di dalam yang sebenarnya pengganggu di dalam jiwa. Maka biarkanlah pelangi memancar di hatimu wahai sobat” ungkapku panjang lebar.
   “Oh sobat, sungguh aku berterimakasih sebanyak-banyaknya kepadamu. Selama ini diriku hanya menganggap benar egoku saja” ucapnya dengan hati yang gembira. Sejak saat itu dia memandang dunia dengan optimis. Memang untuk menaklukkan dunia kita harus menghilangkan rasa pesimis yang menjadi racun untuk jiwa kita.

Karya : Saesar Wahid Andreatno | SMK Ma'arif Walisongo Kajoran
Pena Mahasiswa Penentu Masa Depan Bangsa

Pena Mahasiswa Penentu Masa Depan Bangsa

Hasil gambar untuk ayo menulis
Menulis, merupakan kata yang hampir setiap hari menjadi sajian dalam kehidupan ini. Saya yang tinggal di lereng gunung sumbing sangat bersyukur bisa hidup di tengah masyarakat madani didukung dengan keaadaan alam yang bersahabat kepada manusia, udara segar menjadi pendukung inspirasiku pada saat menorehkan tinta emas dilembaran kosong yang nantinya akan menjadi senjata di masa depan.

Berawal dari ketertarikan membaca apapun itu yang ada di depan mata mulai dari membaca plang lalu lintas, papan nama toko di pinggir jalan, papan sekolah di depan gedung sampai kebiasaan membaca semua tulisan yang ada disetiap lembaran uang rupiah yang saya pegang kadang memunculkan pandangan orang kepadaku sebagai orang yang aneh, bahkan tak jarang banyak orang melontarkan kata “1kurang gawean” kepada saya karena kebiasaan itu.

Dari kebiasaan membaca itu kemudian secara spontan saat ada waktu luang tangan kananku bergerak menuntun pena ajaibku untuk menorehkan tinta emas di lembaran baru setiap buku yang aku miliki. Mulai dari menulis deskripsi keadaan apa yang saat itu sedang terjadi, menulis kata mutiara, menulis ide-ide kecil untuk merubah kehidupan saya menjadi lebih baik sampai yang membuatku takjub ketika tangan kananku dapat menggerakkan pena ajaibku hingga mengenalkan ide gilaku sampai penjuru nusantara.

Disaat aku duduk di bangku menengah pertama (MTs), setiap ada waktu saya sering menuliskan moto atau kata mutiara yang selalu membuatku bangkit dari keterpurukan. Namun walaupun aku terbiasa menulis pada saat itu, aku masih sangat kesulitan merangkai kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf cantik layaknya cerpen indah atau artikel berkualitas. Dari kesulitan tersebut pada saat aku duduk di bangku menengah atas (SMK), aku bersikeras untuk ikut dalam ekstrakurikuler jurnalistik yang kemudian mengantarkan aku sampai bisa menulis artikel pertamaku yang menurutku itu adalah prestasi besar dalam sejarah panjang hidupku. Tak lama setelah aku membuat artikel perdana itu, aku mencoba melintasi batas kemampuan yang menurut orang lain tidak wajar yaitu dengan mencoba langkah gila dengan mengikuti lomba Essay Sosial Budaya tingkat nasional yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Banyak orang disekitarku tidak percaya dan tak jarang pula aku mendapat kritikan pedas dari mereka berbunyi “2halah, rasah bombongan, rane menang”. Tapi, bagiku kemenangan dalam lomba itu tidak selamanya ketika kita mendapat title juara 1, tetapi ketika kita berani menembus batas-batas kewajaran yang sebelumnya kita sendiri mengatakan tidak mampu uuntuk melakukannya. Dan yang paling penting bagiku adalah bagaimana setelah lomba tersebut aku harus berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tidak berhenti disitu, disisa penantianku menunggu pengumuman Ujian Nasional SMK aku iseng-iseng mengikuti lomba karya tulis pelajar yang diadakan oleh PC IPNU Kabupaten Magelang bekerjasama dengan STAIA Syubbanul Wathon Magelang. Dari situ saya melihat peluang yang begitu besar untuk turut serta menyumbangkan ide saya dengan tema pendidikan untuk bangsa ini. Tak menyangka, ketika sound dibelakang kursi peserta menyuarakan pengumuman hasil perlombaan, ternyata ada namaku disebut sehingga hatiku bergetar mendengarnya. Ternyata tak menduga aku menjadi salah satu yang mendapat piala diperlombaan ini. Sungguh tak bisa aku berkata kecuali Alhamdulillah dan berdoa semoga amanah ini bisa aku laksanakan dengan baik.

Setelah saya lulus dari bangku menengah atas (SMK), kemudian saya melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi yang menjadi ruangnya para kader bangsa untuk berkarya yaitu STAIA Syubbanul Wathon Magelang. Di bangku perkuliahan ini Alhamdulillah minat membaca dan menulis saya bertambah apalagi didukung dengan banyaknya tugas perkuliahan yang harus saya selesaikan sehingga saya mau tidak mau terus berhadapan dengan Sang Jendela Dunia. Banyaknya tugas tersebut malah mendorong saya untuk bisa terus berargumentasi lewat dunia literasi dikarenakan lebih banyak buku yang saya baca dari pada saat-saat sebelumnya. Dimomen masa perkuliahan ini saya mencoba dengan terobosan baru yang lagi-lagi menurut banyak orang tidak mungkin dilakukan oleh sekelas pemuda asal lereng sumbing (saya). Saya mencoba menyalurkan minat menulis saya dengan cara terus menulis dan bahkan beberapa tulisan saya Alhamdulillah sudah bisa dimuat di beberapa media lokal Jawa Tengah bahkan media tingkat nasional sekalipun. Bahkan yang paling membuatku sungguh bahagia dan serasa ingin menangkis semua pendapat orang yang tidak pernah percaya keajaiban Ilahi yang belum tentu manusia tahu kapan datangnya, yaitu ketika aku mendapat kesempatan duduk bersama rekan-rekan pelatih dari Tim Redaksi Harian Kompas di Jakarta awal tahun ini untuk berdiskusi bagaimana meningkatkan budaya literasi di kalangan pemuda khususnya pelajar. Betul-betul hari itu aku sadar bahwa manusia itu harus punya harapan besar dalam hidup ini. Sesulit apapun rintangannya dan apapun kata orang di sekitar kita, selama apa yang kita lakukan benar maka jangan pernah menghentikan kaki ciptaan Tuhan ini untuk tetap melangkah.

Sekali lagi, menulis sebagai bagian dari upaya mengubah kondisi suatu bangsa menjadi lebih baik bagiku berarti juga merupakan proses syiar islam yang kemudian disesuaikan dengan kondisi suatu bangsa. Dimana kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia khususnya yang mempunyai gelar mahasiswa mempunyai kewajiban untuk terus membumikan ideologi islam yang rahmatallil alamin melalui dunia literasi dengan proses pembudayaan membaca dan menulis. (nandcbp)
LOMBA DA’I

LOMBA DA’I

Oleh:Martiana Salsa Asfiani
MTs Salafiyah Penjalinan

Di hari ke-dua kegiatan Ramadan di sekolahku, Bu Munawaroh selaku Kesiswaan di sekolahku mengumumkan kepada anak-anak untuk mempersiapkan diri mengikuti seleksi pidato di sekolah, setelah kemudian nilai tertinggi pertama dan ke-dua akan dikirim untuk mewakili Polsek Kajoran untuk mengikuti lomba da’I tingkat Polres Magelang. Kami siswa-siswi MTs Slafiyah Penjalinan berusaha keras mencari materi pidato da’I yang tepat.
 Aku mencari materi dengan membrowsing di google, dengan tema Hikmah Puasa pada Bulan Ramadan. Dengan waktu satu hari satu malam aku mempelajari terus materi yang telah kudapat. Dengan terus membaca dan berlatih didepan cermin agar aku bisa melihat bagaimana ekspresi mukaku saat aku berlatih. Pada malam hari saat aku berlatih di depan cermin dengan logat da’I dan ekspresi mukaku, kakak-kakak perempuanku hanya tersenyum simpul melihatku berlatih.
 Pada keesokan harinya, mulailah pertempuran (yang dimaksud pertempuran yaitu berlomba untuk mendapatkan nilai yang tertinggi) antara para siswa MTs Salafiyah.  Ibu Munawaroh selaku juri memanggil peserta lomba dari satu persatu, dimulai dari kelas VII dilanjutkan kelas VIII. Saat giliran kelasku, hatiku sangat deg-degan. Tiba saat namaku dipanggil, aku langsung mengambil kertas pidatoku dilaci meja milikku. Setelah aku berhasil mempresentasikan hasil latihanku sejak kemarin, hatiku cukup lega. Setelah semua peserta lomba maju, dilanjutkan pengumuman hasil dari seleksi tadi. Nilai tertinggi pertama yaitu temanku yang bernama Susi, dan dilanjutkan namaku. Dihari itu juga aku dan Susi pulang lebih siang.
  Aku dan Susi hanya mendapat waktu dua hari untuk menghafal dan berlatih, yaitu dihari Minggu dan Senin. Hari Senin digunakan untuk berlatih gerakan dan ekspresi muka dengan bu Munawaroh. Dihari itu juga kita dibrifing untuk berkumpul di Polsek pada jam tujuh kurang. Aku berangkat diantar oleh bapak. Aku berangkat dari rumah jam tujuh kurang seperempat, sampai dipolsek jam tujuh tepat. Ternyata Susi sudah sampai duluan. Saat bu Muna sudah sampai, kita masuk kekantor Polsek menunggu Pak Huda dan temannya. Saat Pak Huda dan temannya sampai, kami langsung berangkat ke Polres.
 Kami masuk mobil, pak Huda membukakan pintu untuk kami. Saat aku masuk mobil pak Huda bilang “baru pertama kalinya to, naik mobil polisi?” aku dan susi tersenyum dan menjawab “hehe, enggeh”. Perjalanan cukup lama, setelah sampai di Polres kami langsung mencari tempat lomba da’I. Aku dan Susi mendaftar dan mengambil nomor undi. Aku mendapat nomor undi 8 (delapan) dan Susi mendapat nomor undi 4 (empat). Eh, ternyata terjadi sedikit kesalahan teknis. Peserta yang sudah mendapat nomor undi diminta untuk mengembalikan kokat nomor. Kemudian semua peserta diminta untuk maju kedepan podium untuk foto bersama pak Wakapolres Magelang dan jajarannya. Lumayankan, bisa foto sama pak Heru, hehe. Setelah potret-potret bersama. Peserta diminta untuk mengambil nomor undi lagi. Susi mendapat nomor 24, dari empat loncat 20 nomor kebelakang, Susi sedikit kecewa karena harus menunggu lama. Sementara aku dapat nomor 5.
 Peserta pertama maju, dilanjutkan peserta ke-2, ke-3, dan ke-4. Saat peserta ke-4 maju, dikursi yang kududukki aku terus membaca surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas, kemudian tarik nafas dalam-dalam setelah itu buang. Untuk menghilangkan grogi, hehe. Saat nomor undiku dipanggil, aku maju kepodium tanpa rasa grogi lagi. Maju, percaya diri aja. Setelah aku membawakan materiku, aku kembali duduk dibelakang tempatku tadi. Aku merasa lega, tapi nggak lama aku jadi kebelet pipis.  Aku mengajak Susi ke toilet masjid yang tepat berada didepan gedung lomba. Setelah itu kami kembali ke ruangan. Menantikan nomor undi 24, tapi saat nomor undi 15 lomba diistirahatkan. Jarum jam menunjukkan pukul 12 tepat, semua peserta dan pendamping dikoordinasi untuk mengikuti solat dhuhur berjama’ah kemudian kembali keruangan pukul 12 lebih 25 menit.
 Setelah solat, kami langsung kembali keruangan. Setelah nomor 23 maju, nomor 24 pun dipanggil. Susi maju kepodium. Setelah Susi maju, pak Huda mengajak kami pulang. Diparkiran, kita mencari-cari mobil polisi Polsek Kajoran. Dari kejauhan, pak Hartono mengklakson. Kita langsung menuju ketempat parkir pak Hartono tadi. Disepanjang perjalanan pak Polisi terus bertanya. Kita membicarakan hal-hal positive, seperti : mengenai permasalahan narkoba, pergaulan bebas, dan mengulas lagi materi penyuluhan yang dibawakan pak Huda kemarin. Selain dapat pengalaman, kita juga dapat tambahan ilmu dari perbincangan dan perjalanan hari ini.
 Kebetulan kita tadi berangkatnya lewat Sambak, rumah bu Muna juga di Sambak. Jadi bu Muna turun di depan balai desa Sambak. Setelah bu Muna turun, kami melanjutkan perjalanan. Saat tiba di Nerangan, ditanjakkan nerangan kami bertemu orang-orang yang nggak puasa. Segerombolan lelaki yang sedang bawa pancing sambil merokok. Pak Huda bilang “kuwi wong-wong sek ra mutu, ora melu poso neng pas bodo lak do melu bodo. Biasane wong-wong ngono kuwi nak bodo malah paling ramen, ora isen to. Perilaku ngono kuwi ojo ditiru yo nduk?”. Aku dan Susi kompak menjawab “siap Pak, hehe”. Aku dan Susi tadinya mau turun di pasar Kajoran, tapi pak Huda dan pak Hartono menawarkan untuk mengantar kami pulang. Pertama kita ke Pabean untuk mengantar Susi. Saat mau memutar arah, pak Hartono kesulitan mencari tempat. Saat ada tempat yang agak luas, eh disitu malah ada ibu-ibu sedang menggendong anaknya. Pak Huda bilang “kuwi lo, puter nang kono kuwi pak. Lumayan ombo” pak Hartono menjawab “ono bocah cilek, mah nggawe gawe ngko nek nangis”. Aku dan Susi saling pandang. Dan kita pun mempunyai kesimpulan dan pertanyaan dalam hati. Kesimpulan “Polisi memang melindungi rakyat, melindungi ibu dari tangisan anaknya yang takut dengan polisi, hahaha”. Pertanyaan “apakah polisi selalu menghindari anak kecil biar nggak nangis?”. Siapa ya yang mau jawab, orang pertanyaannya dalam hati doang, hehe. Setelah sudah memutar mobil, Susi turun di pertigaan gang rumahnya.
 Melanjutkan perjalanan, pak Polisi mengantar aku pulang. Pak Huda bertanya “rumahe sebelah mana dari sekolah, cepak po adoh nduk?”. Aku jawab “nggene ngandap sekolah, caket kaleh sekolahan”. Pak Hartono “nek karo nggon pak Munir?”. Aku jawab lagi  “nginggile, nggen ngajenge warung”. Pak Huda “yo cepak banget nek kuwe ro sekolahan, puter sekolahan wae pak”. Sampailah kita disekolah untuk putar mobil, aku turun didepan masjid. Saat aku turun, pak Huda bilang “makasih yo nduk?”. Aku jawab “nggeh pak, siap. Tursuwun pak”. Eh ternyata, saat aku turun. Diwarung ada mbah putri, mbah putri sama orang-orang yang ada diwarung memasang muka bertanya-tanya. Aku mbatin didalam hati “mesti mikire aneh-aneh, hehe”. Aku masuk kedalam rumah, memberi salam ceria. Ibuk tanya “gimana mbak, tadi lancar to?” aku menjawab dilanjutkan cerita panjang lebar tentang pengalaman tadi.

PROFIL
Nama : Martiana Salsa Asfiani
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 10 Maret 2002
Alamat : Rt/29 Rw/11, Dusun Penjalinan, Desa Kajoran, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
Asal Sekolah : MTs Salafiyah Penjalinan

Nomor HP : 085742873866/085201922209
PENGALAMAN KENAIKAN KELAS

PENGALAMAN KENAIKAN KELAS

Oleh: Sendi Evitasari 
 MTs Ma'arif Wuwuharjo Kajoran
Pukul 06.30 pagi, Sari berangkat sekolah bersama Thalita. Sesampainya di sekolah Sari bertemu Shinta “ Hay Shin ?  Cahaya belum berangkat ?,” sambil berjabat tangan. Shinta menjawab “ Belum.” “ Ya sudah yuk kita jalan-jalan dulu.” Sahutku untuk mengajak Talitha dan Shinta. Sambil berjalan dengan Talitha. “ Sari tunggu ”  Shinta berteriak sambil berlari mengejarku. “ Kita mau jalan-jalan kemana “ Tanya Shinta.” Kerumah Sari kan ? “ jawab Talitha . “ Iya “ jawab Sari. Sesampainya dirumah Sari , Sari, Talitha, dan Shinta melihat Vidio Slide, setelah selesai kita kembali ke sekolah dan duduk didepan kelas.
    Ketika sedang duduk-duduk di depan kelas selang beberapa waktu kemudian Rahwana datang “ Hallo Rahwana “ sapa Sari sambil melambaikan tangan, kemudian Rahwana pun tersenyum dan berkata “ Sari kita disuruh membuat Daftar Hadir Wali Murid oleh Pak Guru. “ Kemudian Sari menjawab “ Yaudah ayo kita buat. “ Kemudian Sari dan Rahwana pergi ke kelas VIII A untuk membuatnya. Beberapa saat kemudian ketika mereka belum selesai menyelesaikan Daftar Hadirnya, ternya bel sudah berbunyi tanda untuk semua murid harus menuju ke halaman untuk melaksanakan Apel Pagi. “ Bagaimana ini Rahwana belum selesai Daftar Hadirnya ? ” kata Sari, “ Nggak papa kita lanjutkan nanti, “ sahut Rahwana. Kemudian Sari dan Rahwana menuju kehalaman, setelah sampai dihalaman Sari berkata “Hah…. Cahaya belum Nampak batang hidungnya juga samapai sekarang, atau  emang ndak mau berangkat?.” Tiba-tiba Cahaya datang dengan tergesa-gesa, sambil bilang  “ Huh…..untung belum telat.” “ Kenapa Cahaya kok kamu bisa terlambat?” tanya Talitha. “ Aku sebenarnya ndak mau masuk, tapi dipaksa Ayah ya… akhirnya aku ke sekolah sampai-sampai aku ndak mandi…..hahaha……” kata Cahaya sambil nyengir. “ Ha..!! ndak mandi..!! Sari terkejut. Caha menjawab sambil tertawa “ iyha…ha..ha….wuih…..nggak papalah justru ini kenangan kenaikan kelas  paling berkesan.. !  iyha kan….? kan….?kan….?ha..ha..ha…” semua teman-temannya tertawa dan berkata “yaudah ntar lagi critanya kita berdoa dulu.”
    Setelah Apel Pagi dan Do’a bersama selesai Sari langsung kembali ke kelas VIII A untuk menyelesaikan Daftar Hadir yang belum selesai tadi. Kemudian setelah selesai Sari kembali keluar karena kelasnya akan digunakan Wali Murid untuk mengambil hasil Ulangan Kenaikan Kelas putra-putrinya. Betul ketika Sari keluar para Wali Murid sudah mulai berdatangan. Setelah Wali Murid datang dan masuk semua, Wali Kelas VIII A pun kemudian masuk ke kelas.
    Sementara itu, murid-murid kelas VIII A menunggu diluar kelas dengan perasaan cemas, takut dan tak sabar ingin mengetahui hasilnya, suasanapun yang tadinya ceria kini berganti terlihat begitu mencekam dan menegangkan. Sebaigian siswa takut jika mereka tidak naik ke kelas IX , dan sebagian lagi takut jika peringkatnya menurun. Dari luar kelas suara Wali Kelas terdengar samar-samar mengumumkan Juara Kelas VIII , hingga para siswa memasang telinganya mendengar dengan jelas. “ Waduh….Ya Alloh …! Semoga aku naik kelas dengan nilai yang baiki Ya Alloh….”  Sari dengan tegang mengankat kedua tangannya untuk berdo’a.
    “Alkhamdulillah…!!!“ Semua siswa dikagetkan dengan suara Cahaya yang berteriak kegirangan dan bersujud didepan pintu kelas. Sambil menangis bahagia Cahaya berlari menghampiri Sari dan Shinta lalu memeluk kedua temannya dengan erat sekali, sampai-sampai Sari dan Shinta merasa sesak nafas. “ Selamat….selamat…!!” ucap Sari dan Shinta yang hampir bersamaan  sembari menjabat tangan Cahaya. “ Kamu Juara I lagi ya…?” tanya Shinta. “ Iya Shin, aku tak menyangka , Alkhamdulillah….” Lagi-lagi Cahaya bersyukur . Saripun ikut bahagia melihat teman dekatnya Juara I Semester ini , meskipun Cahaya pernah menjadi pesaingnya saat dikelas VII dulu, namun prestasi Cahaya jauh meninggalkan prestasinya karena akhir-akhir ini Sari terganggu belajarnya semenjak Ibunya tidak serumah lagi dengannya. “ Hai…..ayo turun” teriak Shinta sambil menepuk bahu Sari ( Sari tersadar dari lamunannya) “ i….iya ayo kita kekantin.”
    Pukul 11.00, halaman sekolah sudah mulai sepi, para siswa sudah pulang bersama orang tuanya masing-masing. Dikantin tinggal Sari dan Shinta yang sedang menghabiskan  Es Cendolnya  Sari sembari berfikir untuk bisa mengejar prestasi sahabatnya tadi. Dengan nafas berat dan agak lesu Sari bangkit dari duduknya dan mengajak Shinta pulang “ Shint …ayow kita pulang….aku capek banget.
Silaturahim dan Datangnya Cinta Pertama

Silaturahim dan Datangnya Cinta Pertama


Oleh : Adi Yanto

    Pada suatu hari tepatnya pada bulan syawal ada sebuah keluarga yang memilki beberapa saudara di tetangga desa keluarga tersebut, dan dari salah satu anak dari keluarga besar tersebut mengajak kakak sepupu dan adik sepupunya untuk pergi bersilaturahmi ke rumah saudara yang berada di sekitar magelang dan wonosobo.

“assalamu’alaikum, kira-kira mau silaturahmi kapan ke rumah nenek dan kakek?” Tanya Nisa menghubungi saudara-saudaranya menggunakan dengan sms.

   Kemudian setelah Nisa mengirim sms untuk mengajak saudaranya untuk pergi bersilatuhrami tak lama kemudian handphonenya berbunyi bahwa telah dibalas sms yang dia kirim telah mendapat balasan.

“wa’alaikumsalam, owh ya ayo mau kapan silahturahmine…?” jawaban dari kakak sepupunya yang bernama Faisal dan adik sepupunya yang bernama Bayu dan Eko.

   Kemudian Nisa pun membalas jawaban dari saudaranya dan mereka pun saling berkomunikasi hingga mendapatkan hariyang cocok untuk pergi bersilaturahmi.

“hmmm nek misale hari ketiga lebaran, gimana? ” jawaban Nisa dengan sangat berharap saudaranya mau pergi pada hari itu.

“ nek aku ngono setuju-stujuuu wae Niss, tapi bagaiman dengan sedulur sek liyane..” jawaban dari Kang Faisal dengan bahasa jawa dan Indonesia.

“ya bentar aq lagi nunggu balesan dari Bayu ro Eko, Kang?” jawab Nisa membalas sms dari kakak atau dalam bahasa jawa biasa di panggil kang dan di tambah dari nama orang tersebut.

    Tak lama kemudian Bayu dan Eko membalas ,serta tak ketinggalan Faisal pun juga membalas.

“Kang, aq gak biso kalau pas hari ketiga lebaran,?” jawaban dari Bayu dan Eko.

“uwalah begitu to, y awes aq tak makan dulu, nanti kalu dah jadi pas hari apa aq d isms ya, Niss???” jawaban dari Kang Faisal.

“la ada apa to! Kog gak bisa ?” jawaban dari Nisa untuk membalas dari kedua adik sepupunya.

“ya Kang” jwaban Nisa untuk Faisal.

“soalnya aq dan Eko dah janjian ma temen-temen sekolah kalau pas hari ketiga lebaran mau silahturahmi kerumah guru, bagaiman kang kalau pas hari lebaran keempat saja?” jawab Bayu dan Eko yang tinggal satu rumah.

“ uwalah begitu to, ya ndak papa nek gtu saya tak ngabari kang Faisal..” balasan dari Nisa.

   Kemudian Nisa pun mengabari Kang Faisal bahwa untuk pergi silhturahminya hari keempat lebaran dan Nisa pun sedang memikirkan mau berangkat jam berapa saat berangkat untuk silahturahmi ke rumah simbahnya.

“gimana ya kalu berangkat jam setengah 8, kira – kira adik sama kakakku mau gak ya..” desah Nisa didalam hatinya. Kemudian Nisa sms ke pada kakak dan adiknya.

“Kang ,ini adik maunya pas hari keempat lebaran gimana dengan kakak?” Nisa sms Faisal.

“uwalah ya gak papa.” Jawab Faisal.

“hmm kira kira kalau berangkat jam setengah 8 gimana?” Nisa sms ke kakak dan adiknya

“iya nggak papa , saya setuju..” jawaban dari kakak dan adiknya.

“ok,selamat bertemu bsok ”jawab Nisa.

   Setelah mereka selesai menentukan hari dan jam berangkatnya, kemudian setelah menunggu dua hari akhirnya tiba pada hari keempat lebaran pada tanggal 4 syawal. Tepat pada hari mereka berjanji bahwa hari itu mau pergi silahturahmi salah satu dari mereka menghubungi untuk mengingatkan tepatnya pada pukul 07.00 Bayu menghubungi para kakaknya untuk berkumpul skitar pukul 07.45 di pasar tumpakan.

“kang, nanti kumpul di pasar tumpakaan sekitar pukul 7.45 sudah di pasar tumpakan.” Kata Bayu kepada kakaknya melalui sms. Dan tak lama kmudian kedua kakanya pun membalas

“ ya oke,,,,” jawban dari kakaknya.

Selang 30 menit Faisal, Bayu dan Eko sudah berkumpul di pasar tumpakaan , akan tetapi salah satu dari mereka atau Nisa belum kunjung datang dan mereka menunggu kedatsngan Nisa hingga stengah jam namun Nisa juga tak kunjung dating, sehingga salah satu dari mereka menghubungi Nisa namun tak ada jawabn sama sekali.

“wah kang Faisal ini, Nisa tak ada jawaban, terus mau gimana,,,?” Tanya Bayu ke Faisal.

“ya udah tunggu 15 menit lagi aj kita tunggu Nisa, kalau gak dating ya udah tinggal aja..” jawab Faisal kepada Bayu dengan nada agak marah.

“ok, kang siappps” jawab Bayu dengan nada biasa-biasa aja.

   Akan tetapi setelah sekian lama mereka menunggu Nisa pun tak kunjung datang dan akhirnya mereka berangkat silahturahmi tanpa Nisa. Mereka pergi silahturahmi ke nenek yang berada di wonosobo terlebih dahulu karena yang rumhnya paling jauh. Mereka pergi silahturahmi dengan mengendarai sepeda motor karena yang paling evisen dan mudah untuk menuju tempat saudara-saudara mereka yang rumahnya tidak saling berdekatan.

   Sesampainya mereka di rumah neneknya sekitar 8.45 tanpa dengan Nisa, setelah beberapa saat kemudian Nisa member kabar bahwa dia tidak bisa ikut kerumah nenek yg aada di wonosobo karena telah janjian dg temen untuk pergi menonton dan dia juga mengajak bertemu di rumah kakek yang ada di magelang , serta dia menyuruh Bayu , Faisal , Eko untuk menunggu Nisa di Sijonggol.

“maaf ya aku gak ikut ke nenek yang di wonosobo, soalnya aq sudah janji sama temen, nanti aq tunggu di si jonggol ya ” kat Nisa kepada saudaranya.

“iya…”kat Faisal membalas sms Nisa.

   Akhirnya Faisal dan adiknya selesai bersilatuhrahmi di rumah sudara yang ada di wonosobo sekitar pukul 10.30. dan mereka pun bergegas langsung menuju ke sijonggol tempat di mana mereka bertemu dengan Nisa, namun setelah mereka sampai di sijonggol pada pukul 10.45 ternyata eri belum sampai di tempat.

   Kemudian mereka membuat kesimpulan untuk pergi duluan ke rumah kakeknya yang berada di desa ngerangan dan mau sambil menunggu Nisa di rumah kakeknya. Akhirnya setelah berjalan lima belas menit dari sijonggol menuju ke runah kakeknya akhirnya mereka sampai. Dan di rumah kakek ini lah Bayu jatuh cinta pada pandangan pertama kepada cewek atau teman yang di ajak Nisa menonton.

“assalamu’alakum, mbah?..” ucapan dari Bayu sambil mengetuk pintu rumah kakeknya. Dan tak lama kemudian sang kakek pun membukakan pintunya.

“wa’alaikumsalam, sini masuk le…, la kok mung anak telu..

La yang satunya mana?” jawaban kakeknya dan mempersilahkan cucunya masuk.

“tidak tahu mbah , orang tadi katanya mau nunggu dirumahe mbah kog” jawab Faisal dengan nada polos.

Sekitar satu jam Faisal dan adiknya di rumah kakeknya datanglah 2 sepeda motor yang satu berboncengan yaitu 2 cewek yang namanya Nia dan Riska, sedangkan yang satunya adalah Nisa yang nyepeda sendiri.

   Kemudian Nisa mengetuk pintu untuk masuk kerumah kakek bersama dengan temanya, namun kedua temannya itu agak sedikit malu apalagi cewek yang namanya Nia yang berparas cantik dan lucu orangnya.

   Disinilah Bayu mersakan sesuatu yang aneh dalam hatinya ketika melihat Nisa.

“ perasaan apa ini yang aku rasakan ketika melihat cewek itu dan saat bersalaman” desah Bayu di dalam benak hatinya. Dan disinilah awal pertama Bayu bertemu dengan Nia. Kemudian Nisa mulai mencairkan suasana yang kaku dengan mengajak berguarau dengan adiknya.

“hayo knapa Yu kok lirak lirik naksir ya ma Nia?hehe” kata Bayu sambil menggoda Bayu.

“ah apaan ta Nis kok kaya gitu,,,” sahut Nia membalas Nisa dengan nada malu..

Bayu pun terdiam melihat kelakuan Nisa sambil menundukan kepala karena malu dengan Nia dan kakeknya.

   Karena Bayu malu untuk berkenalan maka Nisa yang mengenalkan Nia dan Bayu. Setelah itu Bayu mulai berani untuk berbicara walaupun agak gugup karena ad cewk yang dia suka.

   Setelah lama mereka berbincang – bincang Nia mengajak pulang Riska karena Nia takut di marahi oleh orang tuanya kalau pulang sore-sore.

“Ris, ayo pulang dah sore nie,,,,” kata Nia mengajak pulang Riska,

“iya Nia,,, ayo Nis antar kita pulang..” kata Riska membalas Nia dan mengajak Nisa untuk mengantar pulang.

   Kemudian Nisa meminta bantuan sama agi untuk mngantar Nia pulang dengan alasan bahwa tadi ani jatuh saat berangkat kesini dan tidak bisa menyetir sepeda lagi, akan tetapi agi tadinya menolak karena Bayu ingin silahturahmi ke saudaranya lagi. Dan sebelum mereka berangkat pulang kakeknya Faisal menyuruh mereka makan terlebih dahulu.

“Nis aku mau pulang sekarang…” ajak Nia kepada Nisa karena jam sudah menunjukan jam 15.00.

“iya Nia bentar” jawab Nisa.

“le jangan pulang dulu, kalian harus makan dulu sana seadanya yang di masak nenek tadi pagi..” kata kakek menyuruh makan cucunya sebelum pulang.

“wah masih kenyang kek, soalnya tadi sudah makan” jawab Eko.

“kalau kalian gak mau makan kakek gak memperbolehkan pulang.” Jawab si kakek.

   Kemudian mereka pun masuk kedalam ruang makan, walaupun sebenarnya mereka tidak lapar, tetapi mereka tidak mau membuat kakeknya kecewa. Dan setelah makan mereka langsung berpamitan untuk pulang.

“Yu aku minta tolong antarkan Nia pulang ya..?”dengan nada memelas..

“gimana ya kang aku mau silahturani lagi e..” jawab Bayu dengan menolak dengan nada lembut.

“pleassss Yu”jawab Nisa dan akhirnya Bayu pun mau mengantarkan Nia , cewek yang iya baru kenal dan cinta pertamanya itu..

“ya udah lah aku mau” jwab agi. Dengan hati yang gembira karena mengantar pulang cewek yang membuatnya jatuh cinta.

   Mereka berdua langsung bergegas berangkat mengantar pulang Nia dan Riska terlebih dahulu, setelah setengah jam mereka berjalan menuju rumah Nia akhirnya mereka sampai. Dan Nia menyuruh Bayu dan Nisa untuk masuk rumah namun Bayu menolak karena dia ingin pergi silahturahmi lagi dan kasihan kepada kakak dan adiknya yang sedang menunggunya. Akhirnya Nisa dan Bayu pun kembali kerumah kakeknya untuk menjemput saudaranya yang sedang menunggu. Setelah setengah jam mereka menempuh akhirnya sampai di rumh kakeknya dan langsung mengajak saudaranya pergi untuk silahturahmi.

   Namun setelah mereka pergi unutk melanjutkan di tengah-tengah perjalanan mereka berubah fikiran dan memutuskan untuk pulang kerumah saja karena hari sudah menunjukan jam setengah lima sore. Sebelum mereka pulang Bayu meminta nomor handphonenya Nia kepada Nisa. Dan akhirnya Nisa pun memberikan nomor hpnya Nia ke Bayu tak lama kemudian mereka sampai di desa mulwo dan berpisah disana untuk menuju ke rumah masing- masing.

   Setelah 15 menit Bayu dan Eko sampai di rumah, kemudian Bayu langsung menghubungi Nia akan tetapi tak ada jawanban dari Nia, tiba tiba ada nomor baru masuk ke hpnya Bayu ternyata itu nomor hpnya Riska.

   Disini agi tidak menyianyiakan waktu untuk bertanya tentang Nia pada Riska. Setelah berbincang-bincang lama akhirnya mereka akrab. Dan akhirnya mereka menyudahi perbincangan itu karena hari menunjukan waktu yang suadah malam.

   Dan pada keesokan harinya agi menghubungi Nia lagi dan akhirnya ada jawaban, tetapi agi gugup ketika menghubungi Nia karena masih malu , walaupun hanya menggunakan media hp tidak secara langsung.

   Setelah lama berbincang Bayu dan Nia pun tidak malu lagi untuk saling bertanya tentang diri mreka masing-masing.


“hay apa kabar Nia?” Tanya Bayu kepada Nia.

“iya baik kok, la gimana dengan kmu?” jawab Nia

“baik kog..” jawab Bayu.

    Hari pun mulai sore dan mereka tak merasakan waktu yang lama untuk berbincang itu karena keasyikan semakin lama hari pun seamkin malam. Dan mereka mengakhiri perbincangan pada waktu itu.

    Setelah dua hari Bayu akrab dengan Nia akhirnya Bayu mau mengucapkan isi hatinya kepada Nia bahwa dia sangatmencintai dan suka pada dirinya serta ingin menjadikan Nia sebagai kekasihnya, namun Bayu masih ragu dan takut kalu cintanya bertepuk sebelah tangan. Akhirnya Bayu pun mulai mulai memberanikan diri untuk bertanya pada Nia, untuk mengetahui apkah Nia sudah punya pacar atau belum.

“Nia , boleh bertanya sesuatu nggak..???” Tanya Bayu kepada Nia

“iya boleh, mau Tanya apa..??” jawab Nia

“emmm. Kamu dah punya pacar belum?” Tanya Bayu pada Nia dengan hati gelisah dan rasa takut kalu Nia marah tentang pertanyaanya.

    Setelah itu Nia belum menjawab pertanyaannya, Bayu pun merasa bersalah karena telah bertanya seperti itu. Tak lama kemudian hpnya Bayu berbunyi, ternyata Nia yang sms dan membalas pertanyaannya Bayu.

    Kemudian Bayu membuka sms dari Nia itu dengan rasa hati yang bercampur aduk antara rasa malu, takut Nia marah dan sebagainya. Setelah itu Bayu merasa senang ketika melihat isi pesan dari cewek yang dia suka.

“belum kog,Yu . emg ada apa???” kata Nia.

“enggak papa kog, cuman Tanya aja kog hehe” jawab Bayu.

“uwalah gitu to, kirain ada apa…” jawab Nia..

   Namun setelah itu aku tidak langsung membalas , namun aku terdiam memikirkan bagaimana caranya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Nia. Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada Nia walupun hatinya gelisah antara di terima atau di tolak.

“Nia, aku boleh Tanya nggak? Tapi di jawab jujur ya & jangan marah…” Tanya Bayu pada Nia dengan rasa yang bercampur aduk di hatinya.

“iya boleh kog, emgnya mau Tanya apa? Ya kalau aq bisa…” Nia membalas sms Bayu.

“jujur ya Nia sebenarnya sejak pertama kita bertemu saat di rumah kakekku ,

   Aq merasakan sesuatu di hatiku yang sebelumya aq belum pernah mersakan ini.
Nia aq mencintaimu, mau kah engkau tuk jadi kekasih hatiku,,? Tolong jawab jujur ya, aq tunggu jawaban darimu..” Bayu bertanya kepada Nia dengan rasa was-was takut cintanya bertepuk sebelah tangan.

   Namun Nia tak kunjung membalas dan menjawab pertanyaan yang dia katakakan pada Nia, aku mulai merasa gelisah saat menunggu jawaban dari Nia. akhirnya setelah lama aku menunggu akhirnya Nia pun memblas.

“gimana yaa, bisa nggak kamu memberiku waktu untuk memikirkan hal ini beberapa hari.” Jawab Nia.

“hmmm, ya dah gak papa , terserah kamu aj… tapi jujur ya. ” jawab Bayu.

“iya2 , oke …” jawab Nia.

    Akhirnya mereka mengakhiri perbincangan pada waktu itu, mereka berdua tidak saling komunikasi..

    Waktupun berjalan terus, setelah 3 hari berlalu akhirnya Nia sms Bayu untuk menjawab pertanyaan 3 hari yang lalu. Disini Bayu mulai merasa gelisah dan jantungnya bedebar- berdebar saat membuka sms dari Nia dan merasa senang bahwa dia di terima jadi pacarnya Nia.

“assalamu’alaikum, Bayu ini aq mau jawab pertanyaan darimu yang kemarin,

   Aq menerima cintamu dan aq ingin menjadi kekasih kamu.” sms dari Nia untuk menjawab pertanyaan dari Bayu.

“wa’alaikumsalam, beneran nggak nie Nia..?” jawab Bayu dengan hati yang sangat bahagia dan senang sekali ketika membaca sms dari Nia.

“iya beneran kog , Bayu..

Tapi apakah kamu bisa menerima aku dengan apa adanya,,?” Tanya Nia.

“iy aq akan menerima kamu apa adanya dirimu” jawab Bayu

“ok siipz” jawab Nia.

   Setelah mereka jadian mereka menjadi sangat akrab dan selalu menjalin komunikasi terus walaupun jarak rumah mereka sangat jauh karena berbeda kabupaten.

   Akhirnya mereka menjadi pasangan kekasih yang sangat serasi, walaupun mereka tidak selalu bertemu karena jarak yang jauh antara rumah dan sekolah mereka.

   Tetapi mereka tetap saling percaya akan satu sama lain dan mengerti untuk menjaga hubungan mereka tetap harmonis serta tetap bertahan walupun ada gangguan yang datang dan akan menjalani berdua hingga akhir khayat.

Rindu Oksigen

Rindu Oksigen

  
By: Nafi Ali Alawi
KARTIKA NEWS - Selimut asap menyambut pagiku, pagi yang di penuhi asap yang mematikan. Asap itu diciptakan oleh si jago merah yang hingga sekarang telah menyebar menutupi kota ini. Asap ini sudah menyatu dengan hidupku yang disertai jeritan rakyat yang meminta penguasa untuk turun tangan menangani si jago merah yang meraja lela melahap ladang dan hutan kami.

Dulunya kotaku adalah kota yang bebas dari asap, asap kendaraan maupun asap industri rumah tangga, tapi takdir tak bisa di pungkiri, seorang bertopeng hitam telah melepas jago merah begitu saja  di tengah rumput yang gersang dan daun daun yang kering demi kepentingan pribadinya. Aku tak menyangka perestiwa ini akan terjadi, sehingga pasukan penyakit pernafasan menyebar di kota ini .

Pupil mataku menangkap tajam seorang lelaki putih beseragam oren yang sedang melihat gumpalan api dan asap yang sedang memakan dan menutupi lading hutan ini, "gila masak udah menyebar sampai secepat ini...? kalau di biarkan ini bisa gawat, memang benar kata orang tua dulu, bila kecil jadi kawan, kalau besar jadi musuh!! aku harus segera pergi ke markas untuk memberi tahu kepeda komandan". ujar relawan itu saat berdiri melihat peristiwa ini dengan terheran heran. Lalu relawan itu langsung melesat pergi dengan motornya seperti kilauan kilat.

Namaku sohib, aku adalah salah satu dari ribuan korban PENYAKIT ISFA akibat ulah kelompok bertopeng hitam yang melepaskan si jago merah di hutan dan ladang. Kedua teman ku juga menjadi korban penyakit isfa ini, mereka bernama Sufron dan Aryan.

Aku pun tak diam diri melihat hutan plasma nutfan kami di mangsa jago merah. Aku, Sufron dan Aryan mencoba mendekati si jago merah untuk mematikan si jago merah itu dengan daun daun di sekitar. Setelah setegah jam kami melakukan pertolongan pertama pada hutan plasma nutfah ini, tapi apa daya yang kami lakukan dengan tangan tangan mungil ini .Walaupun usaha kami tak berhasil, tapi kami tak kan putus asa untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini.

Matahari pun mulai turun dari singa sananya, menandakan bahwa hari sudah mulai petang. Aku, Sufron dan Aryan meningalkan hutan plasma nutfah ini dan pulang ke istana masing masing. Kami pulang bersama tapi sesampainya di pertigaan kami pun berpisah karena rumah Sufron dan Aryan lumayan jauh dari rumahku sehingga kami harus berpisah disini.

"Ron , Yan jangan lupa besok pagi kumpul di sini lagi untuk menjalankan misi menyelamatkan hutan plasma nutfah kita".

"Oke" jawab Sufron dan Aryan dengan suara lemas.

Aku pun pulang ke rumah dengan membawa rasa letih dan bau asap yang menempel pada badan ini. Sesampainya di rumah aku pun langsung membersihkan rasa letih dan bau asap ini dengan mandi. Setelah selesai mandi aku pun duduk di kursi ruang tamu dan melihat dari layar kaca tv tua, pemerintah sedang mengoceh membicarakan perestiwa yang sedang menimpa kota kami ini. "Kami akan membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kabut asap ini, kami akan kerahkan TNI ,POLRI, SAR dan kami juga akan menyemprotkan air dari langit untuk memadamkan titik api yang sulit di padamkan, dengan mengunakan  helikopter". Ujar pemerintah dengan wibawanya di depan wartawan.

Tapi aku tak percaya atas ocehan pemerintah itu untuk memadamkan api yang meraja lela di hutan dan ladang kami, buktinya sampai sekarang masalah si jago merah dan kabut asap ini belum bisa teratasi bahkan malah semakin banyak titik api yang ada.

Pagi pun datang, aku pergi menuju pertigaan untuk berkumpul bersama dua temanku untuk membahas misi kami dalam membantu pemerintah mengatasi kabut asap ini. Setelah aku menunggu satu jam, Sufron dan Aryan pun tak kunjung datang. Ketika aku ingin beranjak pulang karena kukira Sufron dan Aryan tak datang, muncullah Aryan dengan berlari lari menuju ke arah ku.

"Hib hib hib" .

"Ada apa kok kamu lari lari yan".

"Gawat!!".

"Apanya yang gawat??!!".

"Itu Sufron kena penyakit peradangan pernafasan dan di bawa ke rumah sakit "

"Apa???????". Jawab ku dengan kaget.

Aku dan Aryan pun langsung pergi ke rumah sakit tempat Sufron di rawat. Ketika sampai di rumah sakit aku langsung bertanya kepada suster yang ada di tempat administrasi.

"Sus sus, saya mau tanya dimana kamar tempat Ahmad Sufron di rawat".

"Adik ini siapanya".

" Saya temannya ".

"Oh, tuggu sebentar. Nomer kamarnya 13 tapi jangan brisik ketika disana".

"Baik sus, terima kasih".

"Sama-sama".

Ketika sudah tahu nomer kamar tempat sufron di rawat aku dan Aryan langsung berlari mencari kamar tersebut, sesampainya di ujung lorong terlihat orang tua Sufron yang sedang menangis.

"Hib itu orang tua Sufron mungkin itu kamar tempat Sufron dirawat".

"Iya itu orang tua Sufron, tapi kok aneh ya malah mereka menangis". ujar ku kepada Aryan dengan seribu kata pertanyaan di otak ku melihat orang tua Sufron menangis.

Dalam hatiku timbul perasaan tidak enak pada kondisi Sufron, ketika sampai di tempat orang tua Sufron duduk ternyata lensa mataku membaca huruf di atas pintu yang bertuliskan "KAMAR JENAZAH". Pada saat itu hatiku bertanya tanya siapa yang ada di dalam kamar jenazah itu. Aku pun bertanya kepada orang tua Sufron .

"Pak pak!! siapa yang ada di dalam kamar jenazah tersebut".

"Di dalam adalah Sufron yang sudah tak bernyawa". jawab Ayah Sufron dengan air mata yang menghiasi pipinya.

Ketika mendengar berita dari mulut Ayah Sufron bila anaknya sudah meninggal, Aryan pun langsung pingsan dan aku pun langsung gemetar dan lemas, kemudian mataku langsung mengeluarkan air mata kesedihan. Aku pun masuk ke kamar jenazah untuk melihat tubuh kawan kami yang sudah tiada.

Setelah Aryan sudah sadar dari pingsannya aku mengajak Aryan untuk pulang. Kami pulang dengan membawa rasa kesedihan di hati kami yang kehilangan kawan terbaik kami, saat aku dan Aryan  berjalan menuju rumah, kami melihat  bendera kuning di depan rumah pak mustar, aku pun bertanya kepada orang yang baru saja dari dalam rumah pak mustar.

"Bu siapa yang meninggal .??"

"Anak nya pak mustar yang baru berumur 28 hari".

"Kenapa kok bisa meninggal??".

"Kata dokter yang memeriksa anak pak mustar, dikarenakan banyak menghirup asap".

Apakah pemerintah akan diam diri melihat rakyatnya mati satu persatu, mau berapa banyak lagi nyawa yang akan di rampok olah asap ini .

Pemerintah hanya bisa ngomong dibalik layar kaca bahwa dirinya akan menyelamatkan nyawa- nyawa ini yang sedang diserang olah pedang, tombak, meriam, panah dari asap yang mampu membunuh secara brutal.

Hari demi hari asap yang mengepung kota ini tak kunjung berkurang malah makin tebal, jarak pandang makin menipis karena terhalang asap sialan ini. Setiap harinya korban dari kabut asap ini semakin bertambah, banyak orang yang terserang penyakit isfa dan ada juga yang sampai ujung maut. Kenapa pemerintah bisa tenang melihat rakyatnya yang sedang diterjang mara bahaya ini.

Banyak keluhan keluhan masyarakat yang sering kulihat di jalanan berupa poster, media sosial dan televisi, beberapa usaha sudah kami lakukan salah satunya yaitu solat minta hujan tapi usaha tersebut  belum membuahkan hasil. Ada poster yang aku lihat di jalan hasil karya suara keluhan- keluhan tersebut yaitu, "kami ingin paru paru kami diisi dengan udara bersih bukan asap yang AKAN merengut nyawa kami".

" kami kangen oksigen kami bosan dengan asap ini".

"Selamatkanlah nyawa nyawa yang terancam ini"

Itulah keluhan-keluhan masyarakat yang ditujukan kepada pemerintah, bukan hanya omongan saja tapi juga harus dibuktikan. Semua tindakan pemerintahpun tak membuahkan hasil  sedikitpun. Kecuali Allah yang berkehendak menyudahi ujian ini dengan menurunkan hujan dari kayangan untuk meredakan emosi si jago merah ini. Semoga Allah memberi anugerah supaya masalah ini cepat reda amin.

#SaveRiau