Sepetik Bunga di Tengah Padang Pasir

atacamaphoto.com

   Diwaktu pagi, aku sedang duduk di terasrumah. Tiba-tiba seorang teman datang kepadaku dengan wajah yang suram. Lalu dia duduk di sampingku, namun tidak langsung berkata-kata sambil menahan air mata.
   Aku bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan sahabatku ini, lalu kuberanikan diri untuk bertanya “Ada apa wahai sobat?” lalu dengan suara pelan dia berkata kepadaku “Mengapa hidupku tidak pernah bahagia,” ucapnya dengan nada berputus asa. “Tidak bahagia maksudmu?” ucapku dengan penasaran. “Selama ini aku merasa seperti seorang pecundang yang selalu gagal walaupun sudah berusaha sekuat tenaga, tapi mengapa yang aku temui hanya kegagalan? Aku harus bagaimana? Apakah sudah pergi?” tangisnya dengan air mata yang meleleh di pipinya.
   Mendengar kedukaan hati sahabatku yang sebenarnya aku sendiri pernah mengalaminya rasanya ingin ikut bersedih bersamanya, namun ini bukanlah solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Aku terdiam sejenak untuk menenangkan hatinya. Ketika hatinya sudah menjadi lebih baik, aku lalu berucap kepadanya “Wahai sobat, aku tahu kamu bersedih namun Tuhan tidak pergi. Kasihsayangnya meliputi alam semesta”. Mendengar ucapanku diapun langsung mengusap air matanya sambil berkata “maafkanlah perkataanku tadi tidak sepatutnya aku ucapkan”.
   Mendengar jawaban tersebut, hatiku merasa lega. Bergegas aku masuk ke dalam untuk membuatkan coklat panas sembari menunggu suasana hatinya membaik. Setelah minuman siap dihidangkan, kami berduapun meminumnya bersama. Diapun sudah tidak bersedih lagi. Akupun memulai dialog lagi dengannya “Begini sobat, aku tahu permasalahan yang kau hadapi ini, tapi pernahkah terpikirkan olehmu orang-orang yang tidak sempurna fisik mereka” tanyaku. “ia, pernah terpikir olehku mereka tetap semangat menjalani hidup” jawabnya. “Tidakkah pernah terpikirkan olehmu nikmat yang ada padamu ini yang tidak dirasakan oleh mereka? Permasalahan dari dilemamu ini adalah kesedihan yang kamu alami dan obat untuk permasalahanmu ini adalah kebahagiaan yang kuncinya berupa kesyukuran. Mengapa kamu hanya berkonsentrasi pada kesedihanmu saja? Tidakkah betapa banyak nikmat dari Tuhan yang harus kamu syukuri! Dengan hati yang bahagialah maka kemudahan akan datang kepadamu dari keinginan kamu mudah untuk terwujud. Awan hitam di dalam yang sebenarnya pengganggu di dalam jiwa. Maka biarkanlah pelangi memancar di hatimu wahai sobat” ungkapku panjang lebar.
   “Oh sobat, sungguh aku berterimakasih sebanyak-banyaknya kepadamu. Selama ini diriku hanya menganggap benar egoku saja” ucapnya dengan hati yang gembira. Sejak saat itu dia memandang dunia dengan optimis. Memang untuk menaklukkan dunia kita harus menghilangkan rasa pesimis yang menjadi racun untuk jiwa kita.

Karya : Saesar Wahid Andreatno | SMK Ma'arif Walisongo Kajoran

SHARE THIS

Author:

0 comments:

Berkomentarlah dengan sopan !