LOMBA DA’I

LOMBA DA’I

Oleh:Martiana Salsa Asfiani
MTs Salafiyah Penjalinan

Di hari ke-dua kegiatan Ramadan di sekolahku, Bu Munawaroh selaku Kesiswaan di sekolahku mengumumkan kepada anak-anak untuk mempersiapkan diri mengikuti seleksi pidato di sekolah, setelah kemudian nilai tertinggi pertama dan ke-dua akan dikirim untuk mewakili Polsek Kajoran untuk mengikuti lomba da’I tingkat Polres Magelang. Kami siswa-siswi MTs Slafiyah Penjalinan berusaha keras mencari materi pidato da’I yang tepat.
 Aku mencari materi dengan membrowsing di google, dengan tema Hikmah Puasa pada Bulan Ramadan. Dengan waktu satu hari satu malam aku mempelajari terus materi yang telah kudapat. Dengan terus membaca dan berlatih didepan cermin agar aku bisa melihat bagaimana ekspresi mukaku saat aku berlatih. Pada malam hari saat aku berlatih di depan cermin dengan logat da’I dan ekspresi mukaku, kakak-kakak perempuanku hanya tersenyum simpul melihatku berlatih.
 Pada keesokan harinya, mulailah pertempuran (yang dimaksud pertempuran yaitu berlomba untuk mendapatkan nilai yang tertinggi) antara para siswa MTs Salafiyah.  Ibu Munawaroh selaku juri memanggil peserta lomba dari satu persatu, dimulai dari kelas VII dilanjutkan kelas VIII. Saat giliran kelasku, hatiku sangat deg-degan. Tiba saat namaku dipanggil, aku langsung mengambil kertas pidatoku dilaci meja milikku. Setelah aku berhasil mempresentasikan hasil latihanku sejak kemarin, hatiku cukup lega. Setelah semua peserta lomba maju, dilanjutkan pengumuman hasil dari seleksi tadi. Nilai tertinggi pertama yaitu temanku yang bernama Susi, dan dilanjutkan namaku. Dihari itu juga aku dan Susi pulang lebih siang.
  Aku dan Susi hanya mendapat waktu dua hari untuk menghafal dan berlatih, yaitu dihari Minggu dan Senin. Hari Senin digunakan untuk berlatih gerakan dan ekspresi muka dengan bu Munawaroh. Dihari itu juga kita dibrifing untuk berkumpul di Polsek pada jam tujuh kurang. Aku berangkat diantar oleh bapak. Aku berangkat dari rumah jam tujuh kurang seperempat, sampai dipolsek jam tujuh tepat. Ternyata Susi sudah sampai duluan. Saat bu Muna sudah sampai, kita masuk kekantor Polsek menunggu Pak Huda dan temannya. Saat Pak Huda dan temannya sampai, kami langsung berangkat ke Polres.
 Kami masuk mobil, pak Huda membukakan pintu untuk kami. Saat aku masuk mobil pak Huda bilang “baru pertama kalinya to, naik mobil polisi?” aku dan susi tersenyum dan menjawab “hehe, enggeh”. Perjalanan cukup lama, setelah sampai di Polres kami langsung mencari tempat lomba da’I. Aku dan Susi mendaftar dan mengambil nomor undi. Aku mendapat nomor undi 8 (delapan) dan Susi mendapat nomor undi 4 (empat). Eh, ternyata terjadi sedikit kesalahan teknis. Peserta yang sudah mendapat nomor undi diminta untuk mengembalikan kokat nomor. Kemudian semua peserta diminta untuk maju kedepan podium untuk foto bersama pak Wakapolres Magelang dan jajarannya. Lumayankan, bisa foto sama pak Heru, hehe. Setelah potret-potret bersama. Peserta diminta untuk mengambil nomor undi lagi. Susi mendapat nomor 24, dari empat loncat 20 nomor kebelakang, Susi sedikit kecewa karena harus menunggu lama. Sementara aku dapat nomor 5.
 Peserta pertama maju, dilanjutkan peserta ke-2, ke-3, dan ke-4. Saat peserta ke-4 maju, dikursi yang kududukki aku terus membaca surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas, kemudian tarik nafas dalam-dalam setelah itu buang. Untuk menghilangkan grogi, hehe. Saat nomor undiku dipanggil, aku maju kepodium tanpa rasa grogi lagi. Maju, percaya diri aja. Setelah aku membawakan materiku, aku kembali duduk dibelakang tempatku tadi. Aku merasa lega, tapi nggak lama aku jadi kebelet pipis.  Aku mengajak Susi ke toilet masjid yang tepat berada didepan gedung lomba. Setelah itu kami kembali ke ruangan. Menantikan nomor undi 24, tapi saat nomor undi 15 lomba diistirahatkan. Jarum jam menunjukkan pukul 12 tepat, semua peserta dan pendamping dikoordinasi untuk mengikuti solat dhuhur berjama’ah kemudian kembali keruangan pukul 12 lebih 25 menit.
 Setelah solat, kami langsung kembali keruangan. Setelah nomor 23 maju, nomor 24 pun dipanggil. Susi maju kepodium. Setelah Susi maju, pak Huda mengajak kami pulang. Diparkiran, kita mencari-cari mobil polisi Polsek Kajoran. Dari kejauhan, pak Hartono mengklakson. Kita langsung menuju ketempat parkir pak Hartono tadi. Disepanjang perjalanan pak Polisi terus bertanya. Kita membicarakan hal-hal positive, seperti : mengenai permasalahan narkoba, pergaulan bebas, dan mengulas lagi materi penyuluhan yang dibawakan pak Huda kemarin. Selain dapat pengalaman, kita juga dapat tambahan ilmu dari perbincangan dan perjalanan hari ini.
 Kebetulan kita tadi berangkatnya lewat Sambak, rumah bu Muna juga di Sambak. Jadi bu Muna turun di depan balai desa Sambak. Setelah bu Muna turun, kami melanjutkan perjalanan. Saat tiba di Nerangan, ditanjakkan nerangan kami bertemu orang-orang yang nggak puasa. Segerombolan lelaki yang sedang bawa pancing sambil merokok. Pak Huda bilang “kuwi wong-wong sek ra mutu, ora melu poso neng pas bodo lak do melu bodo. Biasane wong-wong ngono kuwi nak bodo malah paling ramen, ora isen to. Perilaku ngono kuwi ojo ditiru yo nduk?”. Aku dan Susi kompak menjawab “siap Pak, hehe”. Aku dan Susi tadinya mau turun di pasar Kajoran, tapi pak Huda dan pak Hartono menawarkan untuk mengantar kami pulang. Pertama kita ke Pabean untuk mengantar Susi. Saat mau memutar arah, pak Hartono kesulitan mencari tempat. Saat ada tempat yang agak luas, eh disitu malah ada ibu-ibu sedang menggendong anaknya. Pak Huda bilang “kuwi lo, puter nang kono kuwi pak. Lumayan ombo” pak Hartono menjawab “ono bocah cilek, mah nggawe gawe ngko nek nangis”. Aku dan Susi saling pandang. Dan kita pun mempunyai kesimpulan dan pertanyaan dalam hati. Kesimpulan “Polisi memang melindungi rakyat, melindungi ibu dari tangisan anaknya yang takut dengan polisi, hahaha”. Pertanyaan “apakah polisi selalu menghindari anak kecil biar nggak nangis?”. Siapa ya yang mau jawab, orang pertanyaannya dalam hati doang, hehe. Setelah sudah memutar mobil, Susi turun di pertigaan gang rumahnya.
 Melanjutkan perjalanan, pak Polisi mengantar aku pulang. Pak Huda bertanya “rumahe sebelah mana dari sekolah, cepak po adoh nduk?”. Aku jawab “nggene ngandap sekolah, caket kaleh sekolahan”. Pak Hartono “nek karo nggon pak Munir?”. Aku jawab lagi  “nginggile, nggen ngajenge warung”. Pak Huda “yo cepak banget nek kuwe ro sekolahan, puter sekolahan wae pak”. Sampailah kita disekolah untuk putar mobil, aku turun didepan masjid. Saat aku turun, pak Huda bilang “makasih yo nduk?”. Aku jawab “nggeh pak, siap. Tursuwun pak”. Eh ternyata, saat aku turun. Diwarung ada mbah putri, mbah putri sama orang-orang yang ada diwarung memasang muka bertanya-tanya. Aku mbatin didalam hati “mesti mikire aneh-aneh, hehe”. Aku masuk kedalam rumah, memberi salam ceria. Ibuk tanya “gimana mbak, tadi lancar to?” aku menjawab dilanjutkan cerita panjang lebar tentang pengalaman tadi.

PROFIL
Nama : Martiana Salsa Asfiani
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 10 Maret 2002
Alamat : Rt/29 Rw/11, Dusun Penjalinan, Desa Kajoran, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
Asal Sekolah : MTs Salafiyah Penjalinan

Nomor HP : 085742873866/085201922209